# ================================================= #

“DEMOKRASI Vs KEPENTINGAN”

>> Selasa, 16 September 2008

Sungguh sangat tidak berbesar hati para elit politik atau para calon elit politik kita di Indonesia ini. Saya membayangkan kapan Negara kita ini di penuhi dengan orang orang yang tidak mengutamakan kepentingan pribadi atau golongan, tentu ini adalah dambaan segenap rakyat Indonesia. Gong “berperang” untuk menghadapi pemilu 2009 sudah bebunyi. Kasak kusuk sana sini para elit politik sudah terlihat, sikut sana sikut sini para elit politik juga sudah terlihat.benar benar ini adalah perang kepentingan.

Perang kepentingan tersebut tidak hanya terjadi antar partai, antar golongan, malah di internal partai sendiripun terjadi tarik ulur kepentingan, apakah ini mencerminkan demokrasi dengan asas kekeluargaan mengutamakan musyawarah mufakat jika ujung ujungnya berkhir di pengadilan? tentu jawabannya tidak. Perpecahan sebenarnya sudah terjadi atau sudah berakar dari bawah, mulai dari para simpatisan atau kader, para calon legilatif sebuah partai, bagaimana mungkin akan tumbuh harmonisasi antar partai untuk membangun negeri ini jika didalam masing masing partai saja sudah terpecah belah.

Yang saya tekan kan disini adalah, jika sebuah partai mendapat suara mayoritas, maka siap siap sajalah partai terbut dihadapkan dengan perlawanan sisa partai lainnya yang kalah sampai pemilu tahun 2014. Kapan si pemimpin yang terpilih bisa berkosentrasi terhadap Negara ini, jika kaum oposisinya selalu merongrong tanpa dukungan sedikitpun untuk memajukan Negara ini.Artinya disni untuk mengakui kekalahan sangat berat, Idealnya kalau sudah kalah mau tidak mau suka tidak suka harus mendukung siapa yang menang, itulah demokrasi, jangan menjadi musuh lima tahunan kedepan.

Banyak fakta yang membenarkan hal hal tersebut diatas, di parlemen kita bisa lihat,malah bisa kita tebak mana golongan yang pro terhadap kebijakan pemimpin dan mana golongan yang tidak, golongan yang pro tentu sekutunya pada pemilu, golongan yang kontra tentu lawan politik pada waktu pemilu..

Sekali lagi saya katakan hal terbut di atas terjadi karena memang didikian dari dalam partainya sendiri sudah seperti itu. Didalam partainya saja sudah terdapat perbedaan pandangan. Kita bisa lihat sekarang baru pemilihan internal partai untuk mengusungkan calon legislatifnya saja sudah banyak masalahnya. Sebenarnya kita bisa belajar dari Negara lain, seperti yang kita lihat di Amerika, lawan politik satu partai antar Barrack Obama dan Hillary Clinton. Hillary cukup berlapang dada menerima kekalahannya, malah pendukungnya sendiri diminta untuk mendukung obama di pemililah Presiden nantinya. Kalu di Indonesia malah pendukung dalam satu partai yang kalah membakar, merusak kantor atau atribut pihak yang memang. Padahal idealisme Negara mereka adalah libralisme semetara kita adalah demokrasi. Ironis memang.

Marilah kita lebih silektif memilih pada pemilu 2009, jangan kita melihat ke belakang, masa lalu biar tinggal masa lalu, sekarang bagaimana caranya kita melihat kedepan, demi pencapaian masyarakat adil dan makmur di bumi Indonesia yang kita cintai ini.
Selamat Berpuase….Wassalam.

0 komentar:

Posting Komentar

  © Blogger template Shiny by Ourblogtemplates.com 2008

Kembali Ke ATAS