# ================================================= #

KETIKA PEJABAT NATUNA DIPERIKSA KPK

>> Senin, 23 Maret 2009

Kedatangan delapan orang penyidik dari tim Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di tanah Ranai Natuna, cukup membuat stres para terperiksa. Tapi ada juga yang kelihatan tenang. Bagaimana kisah di balik pemeriksaan selama sepekan tersebut?

pemeriksaan para mantan pejabat Kabupaten Natuna dan mantan anggota DPRD Natuna dimulai sejak, Jumat (13/3) hingga Kamis (19/3) di Mapolres Natuna. Pemeriksaan dilaksanakan secara maraton terhadap 26 orang mantan pejabat di Pemkab dan DPRD Natuna. KPK turun tangan ke Natuna untuk mengusut siapa dalang yang menyebabkan kerugian negara hingga sekitar Rp60 milliar pada APBD Natuna 2004

Jumat (13/3), sekitar pukul 09.00 WIB pemeriksaan perdana dimulai. Hari pertama hanya menghadirkan beberapa mantan staf keuangan Pemkab Natuna saja, seperti mantan Kabag Keuangan Subandi, Bendahara Hardinansyah dan staf keuangan Suryanto. Mereka diperiksa terkait adanya kebocoran dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tahun 2004 dan Dana Bagi Hasil (DBH) Migas. Tak lama berselang sekira pukul 10.05 WIB, tampak mantan Ketua DPRD Natuna yang kini menjabat sebagai Bupati Natuna Daeng Rusnadi. Namun kehadiran Daeng hari itu tidak untuk diperiksa KPK, melainkan hanya memantau dari luar ruangan. Saat itu kedatangannya masih dengan pengawalan ajudan, tapi sudah menggunakan tongkat. Meskipun, biasanya dia tidak menggunakan tongkat seperti saat pelantikan KNPI Natuna belum lama ini.


Yang menarik pada saat pemeriksaan hari keempat dan kelima. Banyak dari mantan pejabat yang kelihatan stres dan gugup. Seperti salah satu mantan anggota dewan, saat hendak masuk ruangan pemeriksaan KPK, malah masuk ke ruangan Kapolres yang persis berada di sebelah ruangan pemeriksaan. Sontak membuat wartawan dan polisi yang menjaga pintu pemeriksaan berusaha menahan tawa.

”Salah pak! Bukan di situ ruangannya tapi disini,” ujar polisi berpangkat Briptu Budi yang sehari-hari berdinas di bagian intel Polres Natuna tersebut.

Ada juga yang masuk toilet begitu keluar, langsung menghirup udara panjang sambil menatap langit-langit gedung dengan tatapan kosong, hingga lupa menutup resleting celana panjangnya. Langsung salah seorang wartawan menghampiri pejabat tersebut. ”Bang, celane Abang tuh hah, belum ditutup,” kata wartawan tersebut dengan logat Bahasa Melayu.

Mendengar itu, spontan langsung melihat ke bawah dan mengucap, ”Astagfirullah Halazim” sejurus kemudian langsung membalikkan badan kearah tembok lalu menutupnya. ”Maaf ya, Abang tak sadar,” dengan wajah malu, lalu langsung masuk keruang pemeriksaan kembali.

Lain lagi dengan salah satu mantan bendahara, begitu keluar ruangan pemeriksaan, entah saking lelahnya di dalam karena pemeriksaan yang lama atau stres menghadapi berondongan pertanyaan dari penyidik KPK, sampai-sampai peci yang dikenakannya terlihat miring ke kiri.

Tak sedikit juga yang terlihat tenang, bahkan mengumbar senyum ke arah wartawan yang sedang duduk lesehan di depan pintu pemeriksaan. Adajuga begitu keluar, saat melihat wartawan yang sedang menyanggonginya, langsung mengambil langkah seribu. Sambil menutup wajah dengan telapak tangannya, menghindari sorotan moncong kamera, lalu berlari kecil menuju tempat parkir.

Sebegitu besarnya pengaruh KPK terhadap psikologi terperiksa. Komisi yang dibentuk tahun 2004 yang khusus menangani masalah korupsi ini, sering diistilahkan orang, sebagai Manusia Setengah Dewa.

Penampilan KPK memang tak seseram tentara atau pasukan khusus yang akan dikirim ke daerah konflik untuk berperang. Sebaliknya, penampilan mereka sangat sederhana sekali, hanya mengenakan kameja lengan panjang dengan dengan paduan celana berbahan kain layaknya pegawai swasta biasa. Namun pertanyaan mereka mungkin yang membuat stres para pejabat yang diperiksa.

Pantauan langsung wartawan koran ini saat berlangsungnya pemeriksaan, mereka sangat idealis sekali. Pada saat tim KPK yang dipimpin oleh Alexander Rubi ini yang datang untuk memeriksa pejabat terkait dugaan korupsi di Natuna, mereka hanya meminta pengamanan dua orang anggota Polres Natuna sekaligus penunjuk jalan saja dan ruangan untuk pemeriksaan.

Tanpa meminta fasilitas lain untuk dibayarin orang lain atau instansi lain. Setiap pembayaran mulai dari yang sekecil-kecilnya memakai nota pribadi yang bertuliskan KPK diatas nota lalu nama barang di kiri bawah dan harga di kanan bawah. Setelah lengkap, lalu meminta tanda tangan pemilik barang atau toko atau kantin lengkap dengan cap, kalau tidak ada KPK mengeluarkan bundel tinta lalu menyuruhnya mencap dengan sidik jari.

Sungguh pemandangan yang tidak biasa, ini mungkin untuk melatih agar tidak terjadi tindak korupsi mulai dari yang kecil. Dan ini pula yang membuat orang lain menjadi kagum sekaligus ditakuti. Apalagi mau berdamai, sangat tidak mungkin. Karena selain gaji yang cukup besar mencapai puluhan juta rupiah diluar transportasi dan akomodasi setiap orangnya.

Jumat, (20/3) kemarin sekira pukul 13.23 WIB, KPK meninggalkan Natuna. Kedelapan penyidik itu kemudian terbang dengan pesawat Riau Air lines (RAL) meninggalkan Ranai, dengan mengantongi nama-nama tersangka. Sesampainya di Jakarta tim ini segera melanjutkan untuk episode berikutnya dengan aktor yang sudah ditentukan. (cca)

sumber Batam Pos senin 23 Maret 2009

Baca Selengkapnya...

  © Blogger template Shiny by Ourblogtemplates.com 2008

Kembali Ke ATAS