# ================================================= #

Mau Maju? MERAMPOKLAH!!!

>> Senin, 22 Desember 2008

Bagaimana jikalau kemajuan dari suatu negara itu ditentukan karena
keberhasilan mereka dalam mencuri? Bagaimana kekuatan suatu negara
adalah hasil dari mereka merampok? Saya yakin anda heran dengan pertanyaan ini
dan menganggap bahwa hal itu tidak mungkin. Bagaimana bisa negara seperti
itu menjadikan perbuatan mencuri dan merampok sebagai jalan untuk maju?

Anda tahu Jepang, kan? Itu lho, negara yang dulu pernah dibom atom oleh
Amerika tahun 45an dulu. Dan setelah itu, Jepang mengalami krisis di
sana-sini. Tapi, karena keinginan yang kuat untuk berubah, dengan
bersemangat mereka belajar dari Barat segala ilmu untuk mengejar
ketertinggalan terutama bidang teknologi. Bahkan, saking bersemangatnya,
mereka memakai cara yang benar-benar nekat, merampok dokumen!

Mungkin bagi anda, cerita ini terlalu mengada-ada. Tapi Jepang
benar-benar nekat saat mereka ingin menguasai teknologi pembuatan mobil.
Ceritanya, Jepang mengirimkan orang-orang terbaik dan terpintar mereka
untuk sekolah, belajar di Amerika. Dengan ulet mereka belajar dan berusaha
keras untuk mendapat nilai terbaik.

Setelah itu mereka didorong untuk bekerja di salah satu perusahaan mobil
terkemuka di sana. Dan mereka diterima dengan tangan terbuka untuk
belajar mendesain sampai merakit.
Tapi dasar Jepang, niat mereka itu bukanlah untuk memperkaya diri
ataupun pintar sendirian. Dengan berbagai cara mereka bergantian pulang ke
negerinya dan sampai di sana, semua rahasia pembuatan mobil mulai dari bahan baku
sampai jadi mobil mereka ungkapkan. Dan di waktu liburan mereka yang
sangat singkat, mereka harus bisa mentransfer ilmu yang mereka dapatkan kepada
'kader' ilmuwan 'karbitan'.

Dalam satu kesempatan, mereka telah menyalin diagram maupun desain dari
mesin mobil. Nah, saat mau pulang ke Jepang, guna menghindari adanya
pemeriksaan, maka desain itu 'dikecilkan' sekecil-kecilnya dan dimasukin
dalam satu wadah yang saya kurang tahu seperti apa, tapi bisa tahan air
dan asam.

Lalu bagaimana cara mereka membawanya? Anda tahu? Dengan cara ditelan.
Tersimpan aman dalam perut. Setelah tiba di Jepang, perutnya dibedah dan
dokumen itu dikeluarkan dengan selamat. Saya tidak tahu apakah si
pembawa dokumen itu juga ikut selamat. Jadi ingat cara-cara penyelundupan
heroin..

Pokoknya teori-teori penyelundupan data, seperti cerita spionase begitu,
sudah dilakukan oleh orang Jepang dalam rangka mencuri ilmu. Dan
hasilnya,mereka kemudian bisa 'meniru' semua teknologi pada zaman itu yang
berkembang di Amerika, bahkan bisa memperbaikinya dan membuatnya jadi lebih bagus.

Itu di Jepang..
Bagaimana di Indonesia? Eeng.. iing.. eeng..
Tidak enak juga ya, membicarakan saudara sebangsa dan setanah air. Tapi
mau bagaimana lagi? Yah, semoga apa yang saya tuliskan ini bisa bermanfaat
bagianda para pembaca. Dan semoga tulisan ini juga dibaca oleh para
birokrat,para politisi, panutan bangsa, para penguasa, pengusaha, para pembesar
dan mereka-mereka yang dengan jarinya bisa menentukan mati hidupnya negara
ini..kayak firaun aje).
* * *
Sekitar tahun 70-80an, Indonesia terkenal sebagai negara yang cukup maju
di bidang komputerisasi. Universitas tempat belajar ilmu komputer juga
sudah ada. Beberapa instansi pemerintah di Indonesia sudah menggunakan
komputer untuk melakukan pekerjaan mereka. Seingat yang saya baca, waktu itu
ialah BPS (Biro Pusat Statistik) yang sudah menggunakannya.

Sedemikian berkembang pesatnya ilmu komputer diajarkan di Indonesia,
sampai-sampai negara tetangga kita yaitu Malaysia, mengirimkan putrater
baik mereka untuk menimba ilmu di Indonesia.

Tapi seiring dengan berjalannya waktu, entah kenapa malah keadaannya
menjadi terbalik. Akhirnya putra Indonesia yang mesti belajar menimba ilmu ke
Malaysia, karena di sana budaya computerised sangat didukung oleh
pemerintahnya.

Bukan berarti di Indonesia tidak berkembang. Cuma sayangnya kalau di
Indonesia itu lebih seringnya, di awal kenceng dan giat untuk mencoba
hal-hal yang baru. Lalu lama kelamaan melempem sampai akhirnya tidak
terdengar lagi kabarnya. Entah kemana dia kini, kata pepatah.

Beda rampok sana dan sini
Hehehe.. lama-lama kok saya seperti seorang penilai mana yang benar dan
mana yang buruk. Padahal hidup saya sendiri belumlah lurus dan benar untuk
bisa menghakimi seseorang itu salah atau tidak.

Kalau tadi saya di atas saya memberikan contoh tentang negara Jepang
yang sengaja mengirimkan putra terbaiknya untuk belajar di Amerika dan
pulangnya mereka bisa menularkan ilmu mereka kepada teman senegaranya yang lain,
maka beda lagi kalau di Indonesia.

Banyak sekali putra-putra bangsa ini yang telah menghabiskan biaya yang
tidak sedikit untuk mengejar ilmu di negeri orang. Sayangnya, ilmu yang
sudah mereka capai jauh-jauh, tidak terpakai di Indonesia.

Seperti contoh misalnya, seorang mahasiswa di Jepang yang mempelajari
ilmu tentang cuaca dan tentang bagaimana satelit cuaca bisa memberikan
informasi cuaca yang sedemikian akuratnya, sampai-sampai prediksi perubahan cuaca
bisa diperhitungkan sampai seminggu ke depan.
Nah, ilmu itu tidak terpakai di Indonesia. Mengapa? Karena bila di
Jepang satelit pengamat cuaca itu banyak sekali, maka di Indonesia cuma ada
beberapa saja. Tidak heran bila di Indonesia ramalan cuacanya masih
'insya Allah besok hujan, tapi nggak janji deh..', begitu kata si pembawa acara
ramalan cuaca di tivi.

Lalu mahasiswa yang mempelajari nuklir. Mereka di sana sudah mempelajari
bagaimana cara memanfaatkan nuklir yang tidak sekedar untuk pembangkit
tenaga listrik atau bikin bom nuklir saja. Tapi juga bagaimana membuat
reaktor nuklir yang murah dan efisien serta aman.
Nah, ilmu itupun tidak bisa dipakai di Indonesia, karena belum ada
dukungan baik dari birokrasi maupun lembaga terkait yang mau memanfaatkan para
lulusan ini untuk dipekerjakan di Indonesia dan ilmunya diterapkan di
sini.Terlalu banyak kendala teknis, demikian alasan yang selalu didengungkan.

Masih lebih untung bikin partai, membiayai kampanye serta berebut
kedudukan daripada menghamburkan uangnya untuk menerapkan ilmu para lulusan itu di
sini.Alhasil, karena merasa ilmunya tidak bermanfaat bagi negeri sendiri,
lebih baik mereka berkarya di negeri orang. Memanfaatkan ilmunya, menerapkan
ilmunya di negara orang, demi kemakmuran di negara orang.
Daripada pulang kampung cuma jadi PNS, duduk di belakang meja. tidak
bisa bekerja melakukan penelitian. Mau meneliti apa? Lha wong bahan yang mau
diteliti juga tidak ada?

Yang penting bagaimana menjadi pegawai yang baik, syukur-syukur bisa
menjadi pegawai teladan, yang masuk tidak pernah absen, tidak pernah telat.
Kalau penghasilan kurang toh bisa cari obyekan. Atau bisa usaha sampingan
jualan voucher handphone. Siapa tahu bisa dapat proyek gede, selama memangku
jabatan dan bisa punya simpanan.

Aduh, negeriku..
Di Indonesia malah yang ada memang rampok beneran. Merampok uang rakyat
dengan jalan korupsi. Memanfaatkan jabatan untuk melicinkan jalan para
pengusaha 'nakal'. Sengaja pakai tanda kutip, karena pengusaha menjadi
'nakal' akibat didukung oleh pejabat 'bandel', yang memberikan
perlindungan bila si pengusaha itu 'sikat sana-sini'.

Celakanya, tiba-tiba si pejabat ketahuan oleh KPK bahwa dia telah
melakukan penyalahgunaan jabatan dan melakukan tindakan korupsi. Lalu persoalan
merembet sampai ke si pengusaha. Akhirnya daripada masuk penjara
sendirian,lebih baik mengajak teman. Persis seperti iblis yang sengaja menyesatkan
manusia agar tidak masuk neraka sendirian.
So, saudara-saudaraku sekalian, sebangsa dan setanah air (persis
pelajaran PMP jaman dulu ya?), saudaraku seiman dan kurang beriman serta saudaraku
yang lain keimanannya, marilah kita bersama membangun negeri ini. Kita
sebagai rakyat jangan mau diperalat pejabat atau politisi yang
mengatasnamakan rakyat. Lho, ini tulisan kok jadi seperti kampanye?

Bukan, bukan itu maksudnya. Saya menghimbau agar anda sebagai rakyat
jangan mau diperalat. Duh, kampanye lagi..
Saudaraku, marilah kita bersama sumbangsihkan ilmu kita bagi
kesejahteraan negeri ini. Mari kita berikan yang terbaik bagi negeri ini.
Bila itu tidak bisa anda lakukan di dalam negeri ini, maka lakukanlah
walaupun anda nun jauh di sana.
Lalu bagaimana caranya? Transfer ilmu. Anda bisa menyumbangkan ilmu
anda.
Cara termudah mungkin anda bisa bergabung dengan banyak milis maupun
forum komunitas yang sesuai dengan kapasitas keilmuan.

Ingat saudaraku, diantara 3 hal yang tetap mendatangkan pahala walau
kita telah tiada ialah salah satunya ilmu yang bermanfaat. Oleh karena itu,
wakafkan ilmu anda di mana saja. Kami siap menampung dan menyalurkan.

0 komentar:

Posting Komentar

  © Blogger template Shiny by Ourblogtemplates.com 2008

Kembali Ke ATAS